KM 0

KM 0

Kamis, 11 Juli 2013

Latar Belakang

  

Sintesis dan Karakterisasi Surfaktan dari Amidasi N-metil Glukamina dengan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn)
Surfaktan adalah suatu senyawa aktif penurun tegangan permukaan (surface active agent) yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik dalam satu struktur molekul. Surfaktan telah diaplikasikan secara luas pada berbagai bidang industri yang prosesnya menggunakan sistem multifasa seperti pada industri makanan, farmasi, kosmetika, tekstil, polimer, cat, detergen dan agrokimia (Johnson dan Fritz, 1989).
Dewasa ini kebutuhan akan surfaktan semakin meningkat. Surfaktan umumnya disintesis dari minyak bumi. Namun, surfaktan dari minyak bumi masih memiliki beberapa kekurangan yaitu sifatnya yang tidak tahan terhadap kondisi sadah dan salinitas yang tinggi, serta susah terurai (Salager 2002). Salah satu contoh surfaktan dari minyak bumi adalah LAS (Alkilbenzen Sulfonat Linear) (Syamsu et. al., 2004). Dibandingkan dengan surfaktan berbahan baku petrokimia, surfaktan yang terbuat dari bahan baku minyak nabati bersifat mudah terurai secara hayati sehingga lebih ramah lingkungan. Akan tetapi saat ini surfaktan dari minyak nabati belum banyak dikembangkan. Namun sangat perlu dikembangkan untuk menggantikan surfaktan dari minyak bumi.
Salah satu turunan surfaktan alkanolamida adalah N-metil glukamida. Surfaktan tersebut dapat diperoleh dari reaksi antara metil ester dengan N-metil glukamina. Surfaktan N-metil glukamida termasuk dalam kelompok alkil-glukamida. Dimana kelompok surfaktan ini diproduksi dalam jumlah besar sebagai bahan pembersih, contohnya adalah N-dodekanoil-N-metil glukamida (Holmberg, 2003).
Pemilihan N-metil glukamina sebagai sumber amina pada penelitian ini dikarenakan belum banyak penelitian tentang sintesis alkanolamida dari N-metil glukamina (Maugard et. al., 1998), sementara N-metil glukamina dapat diperoleh dari sumber terbarukan (Holmberg, 2003). Surfaktan metil ester N-metil glukamida yang dihasilkan merupakan salah satu surfaktan berbasis gula dengan peluang pasar yang meningkat secara signifikan (Warwel et. al., 2001). N-metil glukamina merupakan senyawa yang mempunyai banyak manfaat antara lain sebagai antibakteri (Ee Lin Soo et. al., 2003), mengatasi kerusakan sendi dan rasa nyeri (Maugard et. al., 1998), serta mampu mengikat lemak tanpa diikuti dengan pengikatan vitamin yang larut dalam lemak (Rismana, 2005).
Salah satu bahan dasar untuk membuat surfaktan adalah metil ester. Metil ester ini diperoleh dari hasil transesterifikasi dari minyak dengan pelarut metanol. Selama ini minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku surfaktan adalah minyak jelantah dan minyak kemiri (Daniel, 2005). Minyak jarak juga berpotensi sebagai bahan baku dalam sintesis surfaktan karena mengandung risinoleat yang cukup besar, kadarnya antara 80-90% (Sitorus et. al., 2011).
Minyak jarak merupakan salah satu jenis minyak nabati yang melimpah di Indonesia. Minyak jarak (caster oil) dapat diperoleh dari biji tanaman jarak dengan cara pengepresan atau ekstraksi dengan pelarut. Tanaman jarak memiliki kandungan senyawa kimia atau metabolit sekunder di seluruh bagian tubuhnya mulai dari akar hingga daun. Sebagian besar dari tanaman jarak yang digunakan sebagai obat atau kegunaan lain adalah biji. Biji jarak tersebut, menghasilkan suatu minyak yang disebut dengan minyak jarak atau minyak ricin. Tanaman jarak mempunyai 2 spesies yaitu jarak pagar (Jatropha curcas Linn) dan jarak kaliki (Ricinus communis Linn) (Kusdianti et. al., 2005).
Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis surfaktan dari minyak jarak pagar (Jatropha curcas Linn) dengan N-metil glukamina, menggunakan metode transesterifikasi dan metode amidasi. Dengan demikian, minyak jarak dapat diubah menjadi surfaktan yang memiliki gugus lipofil dan hidrofil tanpa memisahkan asam lemak  yang terdapat pada minyak jarak tersebut karena asam lemak disintesis terlebih dahulu menjadi metil ester. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar