Sintesis dan Karakterisasi Surfaktan dari Amidasi N-metil Glukamina dengan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn)
Surfaktan adalah suatu
senyawa aktif penurun tegangan permukaan (surface active agent) yang
memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik dalam satu struktur molekul. Surfaktan
telah diaplikasikan secara luas pada berbagai bidang industri yang prosesnya
menggunakan sistem multifasa seperti pada industri makanan, farmasi, kosmetika,
tekstil, polimer, cat, detergen dan agrokimia (Johnson dan Fritz, 1989).
Dewasa
ini kebutuhan akan surfaktan semakin meningkat. Surfaktan umumnya disintesis
dari minyak bumi. Namun, surfaktan dari minyak bumi masih memiliki beberapa
kekurangan yaitu sifatnya yang tidak tahan terhadap kondisi sadah dan salinitas
yang tinggi, serta susah terurai (Salager 2002). Salah satu contoh surfaktan
dari minyak bumi adalah LAS (Alkilbenzen Sulfonat Linear) (Syamsu et. al., 2004). Dibandingkan
dengan surfaktan berbahan baku petrokimia, surfaktan yang terbuat dari bahan
baku minyak nabati bersifat mudah terurai secara hayati sehingga lebih ramah
lingkungan. Akan tetapi saat ini surfaktan dari minyak nabati belum banyak
dikembangkan. Namun sangat perlu dikembangkan untuk menggantikan surfaktan dari
minyak bumi.
Salah
satu turunan surfaktan alkanolamida
adalah N-metil glukamida. Surfaktan tersebut dapat diperoleh dari reaksi antara metil ester dengan N-metil
glukamina. Surfaktan N-metil glukamida termasuk dalam kelompok alkil-glukamida. Dimana kelompok surfaktan ini
diproduksi dalam jumlah besar sebagai bahan pembersih, contohnya adalah N-dodekanoil-N-metil
glukamida (Holmberg, 2003).
Pemilihan N-metil glukamina sebagai sumber amina pada
penelitian ini dikarenakan belum banyak penelitian tentang sintesis alkanolamida
dari N-metil glukamina (Maugard
et. al.,
1998), sementara N-metil glukamina dapat diperoleh dari sumber terbarukan
(Holmberg, 2003). Surfaktan metil
ester N-metil glukamida yang
dihasilkan merupakan salah satu surfaktan berbasis gula dengan peluang pasar
yang meningkat secara signifikan (Warwel et.
al.,
2001). N-metil glukamina merupakan senyawa yang mempunyai banyak
manfaat antara lain sebagai antibakteri (Ee Lin Soo et.
al., 2003), mengatasi
kerusakan sendi dan rasa nyeri (Maugard et.
al., 1998), serta mampu mengikat lemak tanpa diikuti dengan
pengikatan vitamin yang larut dalam lemak (Rismana, 2005).
Salah
satu bahan dasar untuk membuat surfaktan adalah metil ester. Metil ester ini diperoleh
dari hasil transesterifikasi dari minyak dengan pelarut metanol. Selama ini
minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku surfaktan adalah minyak
jelantah dan minyak kemiri (Daniel, 2005). Minyak jarak juga berpotensi sebagai
bahan baku dalam sintesis surfaktan karena mengandung risinoleat yang cukup
besar, kadarnya antara 80-90% (Sitorus et.
al., 2011).
Minyak
jarak merupakan salah satu jenis minyak nabati yang melimpah di Indonesia.
Minyak jarak (caster oil) dapat
diperoleh dari biji tanaman jarak dengan cara pengepresan atau ekstraksi dengan
pelarut. Tanaman jarak memiliki
kandungan senyawa kimia atau metabolit sekunder di seluruh bagian tubuhnya
mulai dari akar hingga daun. Sebagian
besar dari tanaman jarak yang digunakan sebagai obat atau kegunaan lain adalah
biji. Biji jarak tersebut, menghasilkan suatu minyak yang disebut dengan minyak
jarak atau minyak ricin. Tanaman
jarak mempunyai 2 spesies yaitu jarak pagar (Jatropha curcas Linn) dan jarak kaliki (Ricinus communis
Linn) (Kusdianti
et. al., 2005).
Penelitian
ini bertujuan untuk mensintesis surfaktan dari minyak jarak pagar (Jatropha curcas Linn) dengan N-metil glukamina, menggunakan metode
transesterifikasi dan metode amidasi. Dengan demikian, minyak jarak dapat
diubah menjadi surfaktan yang memiliki gugus lipofil dan hidrofil tanpa memisahkan asam lemak yang terdapat pada minyak jarak
tersebut karena asam lemak disintesis terlebih dahulu menjadi metil ester.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar