KM 0

KM 0

Rabu, 16 Maret 2011

HADIS MAWDHU’

1. Pengertian hadis mawdhu’
Kata mawdhu’ dari akar kata = diletakkan, dibiarkan, digugurkan, ditinggalkan, dan dibuat-buat. Dalam istilah, mawdhu’ adalah :



Sesuatu yang disandarkn kepada Rosulullah SAW secara mengada-ada dan bohong dari apa yangtidak dikatakan deliau atau tidak dilakukan dan atau tidak disetujuinya.
Menurut definisi di atas, bahwa apa saja yang dinisbahkan atau disandarkan kepada Rosulullah SAW, baik yang bersifat positif seperti untuk kepemtingan dakwah dan ibadah, maupun yang negatif seperti yang sengaja untuk menyesatkan orang atau untuk kepentingan egoisme kelompok jika Rosul sendiri tidak menyabdakannya, itu adalah hadis mawdhu’. Bahkan ada ulama yang mengatakan bahwa yang termasuk kategfori hadis ini bukan hanya yang disandarkan kepada Rosul SAW saja, akan tetapi juga keadaan sahabat dan tabi’in sebagaimana devinisi dibawah ini.



“berita yang dibuat-buat yang disandarkan kepada Rosul SAW, dengan (sengaja) berdusta atas namanya, atau atas nama sahabat dan tabi’in. “
2. Sejarah awal terjadinya hadis mawdu’
Awal terjadinya hadis mawdu’ dalam sejarah muncul setelah terjadi konflik antara elit politik dan antara dua pendukung Ali dan Muawwiyah, umat Islam terpecah menjadi tiga kelompok, yaitu syi’ah, Khawarij, dan Jumhur Muslim atau Sunni. Masing-masing mengklaim bahwa kelompoknya yang paling benar sesuai dengan ijtihad mereka, masing-masing ingin mempertahankan kelompoknya, dan mencari simpatisan masa yang lebih besar dengan cara mencari dalil dari al Qur’an dan hadis. Jika tidak didapatkan ayat atau hadis yang mendukung kelompoknya, mereka mencoba menta’wilkan dan memberikan interpretasi yang terkadang tidak layak.
Ketika mereka maenemukan ayat-ayat Al Qur’an atau hadis yang mendukung tujuan partainya, sementara penghapal Al Qur’an dan hadis masih banyak, maka sebagian mereka membuat hadis palsu(mawdu’) seperti hadis-hadis tentang keutamaan para khalifah, pimpinan kelompok, dan aliran-aliran dalam agama. Pada masa ini tercatat dalam sejarah masa awal terjadinya hadis mawdu’ yang lebih disebabkan oleh situasai politik. Namun, yang perlu diketahui pada masa ini hanya sedikit jumlah hadis mawdu’ karena faktor penyebabnya tidak banyak. Mayoritas faktor penyebabnya timbulnya hadis mawdu’ adalah karena tersebarnya bid’ah dan fitnah. Sementara para sahabat justru menjauhkan dari itu. Mereka sangat mencintai Rosululloh dan telah mengorbankan segala jiwa raga dan harta bendanya untuk membela Beliau dengan penuh ketulusan hati. Mereka hidup bersama Beliau selalu meneladani dan mempraktikan sunah dengan penuh kejujuran dan taqwa kepada Allah. Secara logika, tidak mungkin mereka berbuat dusta kepada Beliau dengan membuat hadis mawdu’.
Demikian juga pada masa tabi’in hadis dibawa oleh para ulama besar yang diterima dari sahabat secara langsung. Mereka sangat teguh beragama, bersungguh-sungguh, dan berhati-hati dalam meriwayatkannya. Sunah diingat, diriwayatkan, dan dipraktikan dalam kehidupan mereka dengan sifat kejujuran dan kecerdasan mereka yang luar biasa. Maka hadis mawdu’ hanya ditimbulkan dari sebagian kellompok orang-orang bodoh yang bergelut dalam bidang politik atau mengikuti hawa napsunya untuk menghalalkan segala cara.
3. faktor penyebab munculnya hadis mawdhu’
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya hadis mawdhu’ yaitu :
• Fakto politik
Perpecahan umat islam yang diakibatkan politik yang terjadi pada masa perkholifahan ali bin abi thalib, yaitu antara ali dan mu’awiyah yang masing-masing didukung oleh para pengikutnya. Iii
• Usaha kalung zindiq
Golongan zindiq, adalah golongan yang berusaha merusak islam dari dalam, dengan berpura-pura masuk islam. Dengan menyatakan masuk islam mereka memiliki peluang-peluang, seperti menyebarkan fitnah, mengobarkan api permusuhan dikalangan umat islam sendiri, menciptakan keraguan masyarakat terhadapa ajaran, dan merusan sumber ajaran dengan kebohongan-kebohongan yang mereka ciptakan.iv
• Perselisihan dalam ilmu kalam
Karena sifat fanatik dan untuk memperkuat pandangan-pandangan dan kedudukan madzhabnya, para pengikutnya melakukan pemalsuan hadis.v
• Menarik simpati kaum awam
Hal ini dilakukan untuk memperoleh simpati dari pendengarnya sehingga tertarik untuk menghadiri majlis yang diselenggarakan.
• Membangkitkan gairah beribadah, dalam rangka mendekatkan diri kepada allah.
Ini dilakukan terutama oleh para ahli tasawif. Mereka membuat hadis palsu dengan tujuan agar bisa lebih dekat dengan allah, melalui amalan-amalan yang diciptakannya, atau dorongan-dorongan untuk meningkatkan amal melalui hadis-hadis tarhib dan targibnya (anjuran-anjuran untuk meninggalkan yang tidak baik dan untuk mengerjakan yang dipandangnya baik), dengan cara yang berlebuhan.
• Menjilat atau mencari mula kepada penguasa
Berbeda dengan mereka menciptakan hadis-hadisnya untuk hal-hal yang disenangi penguasanya, termasuk di dalamnya yang dikaitkan dengan masalah fiqh.
4. pertumbuhan dan perkembangan hadis mawdhu’
Para ulama berbeda pendapat tentang kapan mulai terjadinya pemalsuan hadis. Menurut satu pendapat bahwa pemalsuan iutu telah terjadi sejak masa Rosul SAW; menurut pendapat lain terjadi sejak taun 40 H; dan bahkan ada juga yang berpendapat, pada masa sepertiga akhir abat pertama hijriah. Pendapat yang disebut terakhir ini tidak begitu jelas alasannya. Perbedaan pendapat ini terjadi karena tidak adanya keterangan mash yang jelas yang berkaitan dengan masalah ini.
Pendapat yang pertama diantaranya dikemukakan oleh Ahmad amin, shalah ad-Din al-Adhibi, dan Hasyim Ma’ruf al-Husaini. Ahmad Amin beralasan adanya hadis yang artinya berbunyi: “barang siapa yang berdusta dengan sengaja atas nama ku, maka tempat kembalinya adalah meraka”. Menurutnya, dengan hadis tersebut menggambarkan adanya kemungkinan pada zaman Rosulullah telah terjadi pemalsuan hadis. Disini ia memandang, bahwa pemalsuan hadis merupakan penyebab disabdakannya hadis itu.
Alasan yang dikemukakan oleh ahmad amin sebagaimana dikatakan musthaafa as-Shiba’i , sebetulnya hanya merupakan dugaan yang tersirat dalam hadis itu. Dia tidak mempunyai alasan historis dan tidak pula tercantum pada kitap-kitap standar yang berkaitan dengan asbab al-Wurud.
Salah al-Din al-Adhibi mengemukakan alasan lain, yaitu adanya dua buah hadis riwayat ath-ahaahawi dan at-thabrani yang menjelaskan, bahwa pada masa Rosul SAW ada seseorang yang mengaku telah diberi wewenang oleh Rosul untuk menyelesaikan suatu masalah di suatu kelompok masyarakat di sekitar madinah. Masyarakat lalu mengirim utusan kepada rosul untuk meneliti kebenaran apa yang dikataka orang itu. Ternyata nabi tidak pernah menyuruh seorang yang mengatas namakan beliau . Menurut para ulama hadis ini dinilai dha’if, sehingga tidak bisa dijadikan hujjah adanya indikasi pemalsuan hadis masa ini.
Pendapat kedua dikemukakan oleh para ulama ahli hadis, dan ini yang menjadi pegangan para ulama kontemporer, seperti ajjaj al-Khathab, Mushthafa a-Siba’i, Nur-Adhin Atar, Muhammad Abu Zahrah, Muhammad Abu Syuhbah, dan Abd al-Fatah Abu Gadah. Menurut mereka, pemalsuan hadis itu terjadi pada masa kekalifahan Ali bin Abi Tholib. Mereka beralasan, bahwa pada masa ini telah terjadi pertentangan politok antara Ali bin Abi Tholib dengan Mu’awiyah bin Abi Sofyan yang cukup serius. Masing-masing golongan yang bertentangan, selain berusaha saling mengalahkan lawannya, juga berupaya, mempengaruhi pihak-pihak lain yang tidak terlibat dalam perpecahan. Salah satu cara yang ia tempuh dengan membuat hadis palsu.

1 komentar:

  1. Artikel nya Bgus banget.
    Q suka, d kembangkan terus Yaa.......

    BalasHapus