KM 0

KM 0

Rabu, 16 Maret 2011

Makna Strawberry Lambang Cinta

Bentuknya unik, persis seperti bentuk hati. Warna buahnya yang sudah matang pun merah menggoda. Dan rasanya, luar biasa manis dan segar kalau Anda beruntung mendapatkan yang kualitasnya tinggi. Harganya yang relatif mahal membuat strawberry menjadi buah elit yang digemari. Karena itukah strawberry disebut buah cinta?

Ternyata tidak. Pada jaman Yunani kuno, buah yang satu ini diangkat resmi sebagai lambang dewi Cinta karena keberadaan luar dalamnya. Keindahan cinta waktu itu dilambangkan oleh warna, rasa dan “kebolehan” buah ini. Sejak itulah buah ini menjadi terkenal.

Strawberry merupakan tanaman buah berupa herbal yang rata-rata memiliki 200 biji kecil per satu buahnya. Ada 700-an macam jenis strawberry. Salah satu jenis spesiesnya bernama Fragaria chiloensis L. Jenis ini yang menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Spesies yang lainnya yaitu F. vesca L. Yang satu ini lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis strawberry ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.

Warna merah pada strawberry matang sangat beralasan. Warna merah itu disebabkan karena buah ini kaya pigmen warna antosianin dan mengandung antioksidan tinggi. Mendengar kata “antioksidan”, Anda tentu sudah tahu bahwa itu artinya, khasiatnya sangat banyak. Dan Anda benar! Buah strawberry menyimpan nutrisi yang luar biasa. Selain antioksidan tersebut, ia juga kaya serat, rendah kalori dan mengandung vitamin C, folat, potassium,, serta asam ellagic.

Mau Tahu Khasiat Strawberry?

1. Strawberry mampu menyusutkan kadar kolestrol.

2. Strawberry dapat membantu melumpuhkan kerja aktif kanker karena asam ellagic yang dikandungnya tersebut.

3. Strawberry dapat meredam gejala stroke.

4. Strawberry mengandung zat anti alergi dan anti radang.

5. Konsentrasi tujuh zat antioksidan yang ada pada strawberry lebih tinggi dibandingkan buah atau sayuran lain, sehingga strawberry merupakan buah yang efektif mencegah proses oksidasi pada tubuh (Oksidasi ialah hancurnya jaringan tubuh karena radikal bebas. Oksidasi juga bertanggung jawab pada proses penuaan).

6. Strawberry yang kaya vitamin C sangat bermanfaat bagi pertumbuhan anak.

7. Strawberry yang hanya sedikit mengandung gula juga cocok untuk diet bagi pengidap diabetes.

8. Strawberry yang dimakan teratur dapat menghaluskan kulit dan membuat warna kulit terlihat lebih cerah dan bersih. Khasiat yang terkenal lainnya adalah anti keriput!

9. Strawberry dapat memutihkan atau membersihkan permukaan gigi.

10. Strawberry ampuh melawan encok dan radang sendi.

11. Daun strawberry juga berkhasiat karena memiliki zat astringent. Tiga hingga empat cangkir air hasil rebusan daun strawberry per hari, dapat efektif menghentikan serangan diare.

12. Kebutuhan vitamin C orang dewasa per harinya dapat dicukupi oleh 8 buah strawberry (98 mg). Kebutuhan serat juga sekaligus bisa terpenuhi.

Khasiat-khasiat “sampingan” juga masih banyak terdapat pada buah ini. Untuk kesehatan, strawberry paling bagus dimakan dalam keadaan segar, baik utuh atau dibuat juice. Khasiatnya jika sudah dbuat selai atau bagian dari makanan olahan, akan sangat berkurang. Karena itu, usahakan mengkonsumsi strawberry fresh.




Dengan banyaknya kegunaan strawberry, yakinlah bahwa memang buah ini cocok disebut “buah cinta”. Buah yang dapat menjadi kado penuh cinta dari Anda untuk kesehatan tubuh Anda sendiri.

kata-kata mutiara

"hati yang mudah terharu adalah hati yang lembut dan penuh cinta"

"cinta itu tidak buta ,dia hanya memahami" vino g bastian

"ketika seseorang manpu menerima kekurangan kekasihnya itu adalah cinta sejati"

"tujuan hidup adalah lilin kehidupan yang memberikan harapan pada manusia dan membuat kuat saat menghadapi persoalan"

"sahabat adalah lilin, saat mata kehilangan sinar, sahabat adalah suara saat mulut tak bisa berkata, sahabat menjadi tongkat saat kaki rapuh berpijak"

"ukirlah senyum yang paling maniz karena selain menjadi sedekah, senyum itu ibarat lukisan rahasia hati dan senyum itu tiidaklah menyakitkan tetapi menjadi penawar hati yang sakit"

"bukan karena saking besarnya cinta kita, kita menjadi langgeng, tetapi saking ikhlasnya kita menerma sahabat kita apa adanya kita menjadi abadi"

"tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecermelangan hidup yang diidamkan dan berhati-hatilah karena beberapa kesalahan adalah cara gembira menuju kegagalan"

cinta pertama "sunny"

manusia mempunyai mimpi
ada yang mengejar dan menggapainya
ada yang mundur dan membuangnya
ada yang diam dan hanya menyimpannya sepanjang sisa hidupnya

dan aQ akan menjadi manusia yang terakhir itu...


"tidak ada pertemuan yang abadi" sunny

"namun sama halnya dengan pertemuan, pepisahan pun tidak ada yang abadi" alya

Rantai Transpor Elektron biokim

Rantai Transpor Elektron
Pada sistem transpor elektron, berlangsung pengepakan energi dari glukosa menjadi ATP. Reaksi ini terjadi di dalam membrane dalam mitokondria. Hidrogen dari siklus Krebs yang tergabung dalam FADH2 dan NADH diubah menjadi elektron dan proton. Sebagai pembawa elektron adalah sejenis protein dan gugus yang dapat berkaitan dengan protein. Golongan ini mencakup NAD, FAD, ubikuinon, dan protein sitokrom. Pada sistem transpor elektron ini, oksigen adalah akseptor elektron terakhir. Setelah menerima elektron, O2 akan bereaksi dengan H+ membentuk H2O

HADIS MAWDHU’

1. Pengertian hadis mawdhu’
Kata mawdhu’ dari akar kata = diletakkan, dibiarkan, digugurkan, ditinggalkan, dan dibuat-buat. Dalam istilah, mawdhu’ adalah :



Sesuatu yang disandarkn kepada Rosulullah SAW secara mengada-ada dan bohong dari apa yangtidak dikatakan deliau atau tidak dilakukan dan atau tidak disetujuinya.
Menurut definisi di atas, bahwa apa saja yang dinisbahkan atau disandarkan kepada Rosulullah SAW, baik yang bersifat positif seperti untuk kepemtingan dakwah dan ibadah, maupun yang negatif seperti yang sengaja untuk menyesatkan orang atau untuk kepentingan egoisme kelompok jika Rosul sendiri tidak menyabdakannya, itu adalah hadis mawdhu’. Bahkan ada ulama yang mengatakan bahwa yang termasuk kategfori hadis ini bukan hanya yang disandarkan kepada Rosul SAW saja, akan tetapi juga keadaan sahabat dan tabi’in sebagaimana devinisi dibawah ini.



“berita yang dibuat-buat yang disandarkan kepada Rosul SAW, dengan (sengaja) berdusta atas namanya, atau atas nama sahabat dan tabi’in. “
2. Sejarah awal terjadinya hadis mawdu’
Awal terjadinya hadis mawdu’ dalam sejarah muncul setelah terjadi konflik antara elit politik dan antara dua pendukung Ali dan Muawwiyah, umat Islam terpecah menjadi tiga kelompok, yaitu syi’ah, Khawarij, dan Jumhur Muslim atau Sunni. Masing-masing mengklaim bahwa kelompoknya yang paling benar sesuai dengan ijtihad mereka, masing-masing ingin mempertahankan kelompoknya, dan mencari simpatisan masa yang lebih besar dengan cara mencari dalil dari al Qur’an dan hadis. Jika tidak didapatkan ayat atau hadis yang mendukung kelompoknya, mereka mencoba menta’wilkan dan memberikan interpretasi yang terkadang tidak layak.
Ketika mereka maenemukan ayat-ayat Al Qur’an atau hadis yang mendukung tujuan partainya, sementara penghapal Al Qur’an dan hadis masih banyak, maka sebagian mereka membuat hadis palsu(mawdu’) seperti hadis-hadis tentang keutamaan para khalifah, pimpinan kelompok, dan aliran-aliran dalam agama. Pada masa ini tercatat dalam sejarah masa awal terjadinya hadis mawdu’ yang lebih disebabkan oleh situasai politik. Namun, yang perlu diketahui pada masa ini hanya sedikit jumlah hadis mawdu’ karena faktor penyebabnya tidak banyak. Mayoritas faktor penyebabnya timbulnya hadis mawdu’ adalah karena tersebarnya bid’ah dan fitnah. Sementara para sahabat justru menjauhkan dari itu. Mereka sangat mencintai Rosululloh dan telah mengorbankan segala jiwa raga dan harta bendanya untuk membela Beliau dengan penuh ketulusan hati. Mereka hidup bersama Beliau selalu meneladani dan mempraktikan sunah dengan penuh kejujuran dan taqwa kepada Allah. Secara logika, tidak mungkin mereka berbuat dusta kepada Beliau dengan membuat hadis mawdu’.
Demikian juga pada masa tabi’in hadis dibawa oleh para ulama besar yang diterima dari sahabat secara langsung. Mereka sangat teguh beragama, bersungguh-sungguh, dan berhati-hati dalam meriwayatkannya. Sunah diingat, diriwayatkan, dan dipraktikan dalam kehidupan mereka dengan sifat kejujuran dan kecerdasan mereka yang luar biasa. Maka hadis mawdu’ hanya ditimbulkan dari sebagian kellompok orang-orang bodoh yang bergelut dalam bidang politik atau mengikuti hawa napsunya untuk menghalalkan segala cara.
3. faktor penyebab munculnya hadis mawdhu’
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya hadis mawdhu’ yaitu :
• Fakto politik
Perpecahan umat islam yang diakibatkan politik yang terjadi pada masa perkholifahan ali bin abi thalib, yaitu antara ali dan mu’awiyah yang masing-masing didukung oleh para pengikutnya. Iii
• Usaha kalung zindiq
Golongan zindiq, adalah golongan yang berusaha merusak islam dari dalam, dengan berpura-pura masuk islam. Dengan menyatakan masuk islam mereka memiliki peluang-peluang, seperti menyebarkan fitnah, mengobarkan api permusuhan dikalangan umat islam sendiri, menciptakan keraguan masyarakat terhadapa ajaran, dan merusan sumber ajaran dengan kebohongan-kebohongan yang mereka ciptakan.iv
• Perselisihan dalam ilmu kalam
Karena sifat fanatik dan untuk memperkuat pandangan-pandangan dan kedudukan madzhabnya, para pengikutnya melakukan pemalsuan hadis.v
• Menarik simpati kaum awam
Hal ini dilakukan untuk memperoleh simpati dari pendengarnya sehingga tertarik untuk menghadiri majlis yang diselenggarakan.
• Membangkitkan gairah beribadah, dalam rangka mendekatkan diri kepada allah.
Ini dilakukan terutama oleh para ahli tasawif. Mereka membuat hadis palsu dengan tujuan agar bisa lebih dekat dengan allah, melalui amalan-amalan yang diciptakannya, atau dorongan-dorongan untuk meningkatkan amal melalui hadis-hadis tarhib dan targibnya (anjuran-anjuran untuk meninggalkan yang tidak baik dan untuk mengerjakan yang dipandangnya baik), dengan cara yang berlebuhan.
• Menjilat atau mencari mula kepada penguasa
Berbeda dengan mereka menciptakan hadis-hadisnya untuk hal-hal yang disenangi penguasanya, termasuk di dalamnya yang dikaitkan dengan masalah fiqh.
4. pertumbuhan dan perkembangan hadis mawdhu’
Para ulama berbeda pendapat tentang kapan mulai terjadinya pemalsuan hadis. Menurut satu pendapat bahwa pemalsuan iutu telah terjadi sejak masa Rosul SAW; menurut pendapat lain terjadi sejak taun 40 H; dan bahkan ada juga yang berpendapat, pada masa sepertiga akhir abat pertama hijriah. Pendapat yang disebut terakhir ini tidak begitu jelas alasannya. Perbedaan pendapat ini terjadi karena tidak adanya keterangan mash yang jelas yang berkaitan dengan masalah ini.
Pendapat yang pertama diantaranya dikemukakan oleh Ahmad amin, shalah ad-Din al-Adhibi, dan Hasyim Ma’ruf al-Husaini. Ahmad Amin beralasan adanya hadis yang artinya berbunyi: “barang siapa yang berdusta dengan sengaja atas nama ku, maka tempat kembalinya adalah meraka”. Menurutnya, dengan hadis tersebut menggambarkan adanya kemungkinan pada zaman Rosulullah telah terjadi pemalsuan hadis. Disini ia memandang, bahwa pemalsuan hadis merupakan penyebab disabdakannya hadis itu.
Alasan yang dikemukakan oleh ahmad amin sebagaimana dikatakan musthaafa as-Shiba’i , sebetulnya hanya merupakan dugaan yang tersirat dalam hadis itu. Dia tidak mempunyai alasan historis dan tidak pula tercantum pada kitap-kitap standar yang berkaitan dengan asbab al-Wurud.
Salah al-Din al-Adhibi mengemukakan alasan lain, yaitu adanya dua buah hadis riwayat ath-ahaahawi dan at-thabrani yang menjelaskan, bahwa pada masa Rosul SAW ada seseorang yang mengaku telah diberi wewenang oleh Rosul untuk menyelesaikan suatu masalah di suatu kelompok masyarakat di sekitar madinah. Masyarakat lalu mengirim utusan kepada rosul untuk meneliti kebenaran apa yang dikataka orang itu. Ternyata nabi tidak pernah menyuruh seorang yang mengatas namakan beliau . Menurut para ulama hadis ini dinilai dha’if, sehingga tidak bisa dijadikan hujjah adanya indikasi pemalsuan hadis masa ini.
Pendapat kedua dikemukakan oleh para ulama ahli hadis, dan ini yang menjadi pegangan para ulama kontemporer, seperti ajjaj al-Khathab, Mushthafa a-Siba’i, Nur-Adhin Atar, Muhammad Abu Zahrah, Muhammad Abu Syuhbah, dan Abd al-Fatah Abu Gadah. Menurut mereka, pemalsuan hadis itu terjadi pada masa kekalifahan Ali bin Abi Tholib. Mereka beralasan, bahwa pada masa ini telah terjadi pertentangan politok antara Ali bin Abi Tholib dengan Mu’awiyah bin Abi Sofyan yang cukup serius. Masing-masing golongan yang bertentangan, selain berusaha saling mengalahkan lawannya, juga berupaya, mempengaruhi pihak-pihak lain yang tidak terlibat dalam perpecahan. Salah satu cara yang ia tempuh dengan membuat hadis palsu.

MENJADI MANUSIA YANG BAIK (filsafat ilmu)

MENJADI MANUSIA YANG BAIK
Etika Kewajiban Dan Etika Keutamaan
Etika kewajiban menpelajari prinsip-prinsip dan aturan-aturan moral yang berlaku untuk suatu berbuatan. Etika ini menunjukkan norma-norma dan prinsip-prinsip mana yang perlu di terapkan dalam hidup moral kita, lagi pula urutan pentingnya yang berlaku di antaranya. Jika terjadi konflik antara dua prinsip moral yang tidak dapat dipenuhi sekaligus, etika ini mencoba menentukan yang mana yang harus diberi prioritas. Pendeknya, etika kewajiban menilai benar salahnya kelakuan kita yang berpegang pada norma dan prinsip moral.
Etika keutamaan menyoroti perbuatan satu demi satu, apakah sesuai dengan niali moral, tetapi lebih menfokuskan manusia itu sendiri. Etika ini mempelajari sifat watak yang dimiliki manusia. Etika kemanusiaan tidak menyelidiki apakah perbuatan kita baik atau buruk, melainkan apakah kita sendiri orang baik atau buruk.
Menurut pandangan Frankena bahwa etika kewajiban dan etika keutamaan melengkapi satu sama lain. Etika kewajiban membutuhkan etika keutamaan dan sebaliknya, etika keutamaan membutuhkan etika kewajiban.
Alasan mengapa etika kewajiban membutuhkan etika keutamaan yaitu jika kita menaati prinsip dan norma moral, kita belum tentu menjadi manusia yang sungguh-sungguh baik secara moral. Berpegang pada norma moral memang merupakan syarat bagi perilaku yang baik. Akan tetapi membatasi diri pada norma saja belum cukup untuk dapat disebut orang yang baik dalam arti sepenuhnya. Pohon yang baik dengan sendirinya akan menghasilkan buah yang baik. Etika keutamaan langsung bertujuan membuat manusia menjadi seperti pohon yang baik, sehingga tidak bisa lain perbuatannya akan baik juga. Di sisi lain etika keutamaan membutuhkan juga etika kewajiban. Dengan cara membedakan dua sifat watak karena kita menerima sebagai morma moral “jangan membunuh orang yang tidak bersalah” dan “kita harus memperlakukan orang dengan adil”. Ada pendapat bahwa kedua etika ini belum tercapai keseimbangan yang memuaskan. Etika keutamaan besifat tambahan, sedangkan etika kewajiban dianggap pokok.
Keutamaan Dan Watak Moral
Keutamaan adalah disporsisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Ada beberapa unsur dalam keutamaan:
• Keutamaan adalah suatu disporsisi, artinya suatu kecenderungan tetap. Keuatamaan adalah sifat watak yang ditandai stabilitas. Sifat watak yang berubah-ubah tidak merupakan keutamaan. Keutamaan adalah sifat wajib yang sudah mendarah daging pada seseorang, tapi tidak semua sifat baik adalah keutamaan.
• Keutamaan berkaitan dengan kehendak. Keutamaan adalah dirposisi yang membuat kehendak tetap cenderung ke arah tertentu.
• Keutamaan kiperoleh melalui jalan membiasakan diri dan karena itu merupakan hasil latihan. Keutamaan tidak dimiliki manusia sejak lahir. Pada masa anak-anak seorang belum berkeutamaan karena anak belum punya kesadaran moral.
• Keutamaan berbeda dengan ketrampilan. Sama dengan keutamaan, ketrampilan pun direroleh melalui latihan, dan bersiri korelatif. Ada beberapa macam ketrampilan:
1. Ketrampilan hanya memungkinkan orang melakukan jenis perbuatan. Sedangkan keutamaan tidak terbatas pada satu jenis perbuatan saja.
2. Ketrampilan maupun keutamaan berciri korelatif. Persamannya sama-sama membantu suatu kesulitan awal. Sedangkan perbedaannya, ketrampilan kesulitan bersifat teknis. Dalam hal keutamaan, kesulitan derkaitan dengan kedendak.
3. Sifat teknis ketranpilan dapat diperoleh dengan membaca buku, mengikuti kursus, dan melatid diri.
4. Menurut aristoteles dan thomas aquinas, orang yang mempunyai ketrampilan membuat kesalahan, ia tidak akan kehilangan ketrampilan, seandainya ia melakukan kesalahan dengan sengaja. Sedangkan membuat kesalahan dengan tidak sengaja, justru mengkibatkan ia kehilangan klaim untuk menyebut diri orang yang berketrampilan.
• Sebagai lawan keutamaan, keburukan pun adalah disporsisi watak yang diperoleh seseorang dan memungkinkan dia berperilake secara moral. Suatu perbedaan ialah bahwa keburukan tidak diperoleh dengan “melawan arus”, sebaliknya keburukan terbentuk dengan mengikuti “arus” spontan.
Menurut W.K.Frankena, ada dua keutamaan pokok yaitu kebaikan hati dan keadilan. Kemudian menurut Thomas Aquinas, ia menambahkan tiga keutamaan teologis yaitu kepercayaan, pengharapan dan kasih sayang. Di dalam kalangan kristen terdapat tujuh keutamaan pokok yaitu empat bersifat manusiawi dan tiga bersifat teologis.
Menurut Aristoteles, kebijaksanaan tidak merupakan keutamaan moral, melainkan keutamaan intelektual. Artinya kebijakasanaan sebagai keutamaan tidak menyempurnakan kehendak, melainkan intelek manusia.
Keutamaan Dan Ethos
Keutamaan membuat manusia menjadi baik secara pribadi, namun tedapat suatu karakteristik yanh membuat kelompok menjadi baik secara moral justru sebagai kelompok yaitu ethos. Ethos menunjukkan kepada suasana khas yang meliputi kerja atau profesi. Contoh dari ethos yaitu profesi seorang dokter. Ethos dalam arti ini adalah nilai-nilai luhur dan sifat-sifat baik yang terkandung dalam profesi medis. Ethos suatu profesi sebagian beser tercermin dalam kode etik untuk profesi bersangkutan.
Orang Kudus Dan Pahlawan
Dalam menpelajari mutu moral perbuatan-perbuatan manusia, teori-teori etika siasanya membedakan tiga kategori perbuatan.
1. Perbuatan yang merupakan kewajiban begitu saja dan harus dilakukan.
2. Ada perbuatan yang dilarangsecara moral dan tidak boleh dilakukan.
3. Perbuatan yang dapat diizinkan dari sudut moral, dalam arti tidak dilarang dan tidak diwajibkan.
Perbuatan semacam itu disebut “super-erogatiris” artinya perbuatan melakukan lebih dari pada yang dituntut. Orang justru bisa memiliki kualitas moral sangat tinggi bahkan sampai dianggap kudus atau pahlawan atau perbuatan jenis terakhir.“Kudus” dipakai juga dalam arti semata-mata etis, terlepas dari segala konotasa religius. Dan “Pahlawan” sering kita katakan tanpa madsud moral apa pun, misalnya pada juara bulu tangkis gelar “pahlawan dunia olah raga”. Tapi kadang-kadang kita sering sebut seorang kudus atau pahlawan hanya untuk menilai dia dari segi moral.

TEORI PRAGMATISME NON POSITIFISTIK JOHN DEWEY

TEORI PRAGMATISME NON POSITIFISTIK JOHN DEWEY
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu, dosen pengampu Drs. Usman SS.M.Ag



Disusun oleh :
Agustina Barida Wijayanti
08630027

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010

PENDAHULUAN

Penulis berada dalam kesulitan untuk meletakkan telaah pragmatisme. Pragmatisme era pertama jelas temasuk dalam positivisme modern. Pragmatis era kedua pada satu sisi termasuk pada era postpositifistik karena tampilannya yang meta-etik. Sebagaimana diketahui filsafat modern (mencangkup positivisme modern dan postpositifistik) mementingkan rasionalis yang terus direduksi menjadi efisiensi dan lebih lanjut menjadi pragmatik. Pragmatik era kedua pada sisi lain, dekat dengan dekontruksi Derrida, dekat dengan kuantum teori Einsteinia, yang menampilkan kebebasan befikir, berarti cukup rasional untuk dimasukkan kedalam PostModernisme.
Pragmatisme berpegang teguh pada praktik. Berusaha menemukan asal mula serta hakeket terdalan segala sesuatu merupakan kegiatan yang sangat menarik, meskipun kegiatan tersebut luar biasa sulitnya. Sejarah menunjukkan sengketa mengenai masalah ini di bidang filsafat selalu menyebabkan adanya sebagian orang yang menolak sebagai masalah yang tidak mengandung harapan ntuk di pecahkan, seperti halnya menganut neo-positivisme, dan menyebabkan sebagian orang yang lain memandangnya sebagai sesuatu yang tidak berfaidah.

PEMBAHASAN
Pragmatis Menurut John Dewey (1894-1952)
1. Sejarah pendidikan John Dewey
John Dewey lahir di Burlington pada tahun 1859. Setelah menyelesaikan studinya di Baltimoro ia menjadi guru besar dibidang filsafat dan kemudian juga dibidang pendidikan pada unuversitas-universitas di Minnesota, Michigan, Chicago (1894-1904), dan akhirnya di Universitas Kolombia (1904-1929).
2. Teori non posititiftik
Non-positivisme adalah satu cara pandang open mind untuk mendapatkan keunikan informasi serta tidak untuk generalisasi, yang entry pouint pendekatannya berawal dari pemaknaan untuk menghasilkan teori dan bukan mencari pembenaran terhadap suatu teori ataupun menjelaskan suatu teori, dikarenakan kebenaran yang diperoleh ialah pemahaman terhadap teori yang dihasilkan. Untuk ini dalam non positivisme terdapat tiga hal penyikapan, yaitu:
• Memusatkan perhatian pada interaksi antara actor dengan dunia nyata
• Actor manusia pelaku ekonomi maupun dunia ekonomi senyatanya perlu dipandang sebagai proses dinamis dan bukan sebagai sturktur yang statis
• Arti penting yang terkait dengan kemampuan actor pelaku ekonomi untuk menafsirkan kehidupan sosialnya.

3. Istilah Pragmatisme
Secara umum pragmatisme berarti hanya ide (pemikiran, pendapat, teori) yang dapat di praktikkan dengan benar dan berguna.
4. Teori pragmatis John Dewey
Ia adalah seorang pragmatis, tetepi ia lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme. Menurut dia, tugas filsafat ialah memberikan garis-garis pengarahan bagi pembuatan dalam kenyataan hidup. Oleh karena itu filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tiada faedahnya. Filsafat harus berpijak pada pengalaman (experience) dan menyelidiki serta mengolah pengalaman itu decara aktif-kritis.
Menurutnya tidak ada sesuatu yang tetap. Tiap-tiap organisme dalam keadaan perjuangan yang berlangsung terus menerus terhadap alam sekitar dan memperkembangkan alat (instrumen) yang memberikan bantuan dalam perjuangan tersebut. Pikiran ini berkembang sebagai alat untuk mengadakan eksperimen terhadap alam sekitar ketika organisme yang bernama manusia berusaha untuk menguasai dan memberi bentuk pada alam sekitar itu unuk memenuhi kebutuhannya. Karena itu kecerdasan adalah suatu yang bersifat kreatif dan pengalaman merupakan unsur terpokok dalam segala pengetahuan.
Bagi john dewey, yang penting bukan benar tidaknya pengetahuan melainkan sejauh mana kita bisa memecahkan masalah-masalah yang mencul di dalam masyarakat manusia dan dalam kenyataan hidup. Selanjutnya ia berpendapat bahwa yang menjadi ukuran adalah kegunaan untuk umum. Daya pikir dan daya tahu merupakan darana. Bukan konsep-konsep sendiri yang benar, tetapi ide-ide yang beru menjadi benar dalam rangka proses penggunaan oleh manusia. Pengetahuan itu bersifat dinamis,karena harus sesuai dengan peristiwa-peristiwa silih berganti dan yang memantulkan hakekat dunia ini.
Dengan kata lain filsafat eksperimenmentalis atau instrumentalis John Dewey menekankan pada pentingnya pengalaman itu secara aktif-kritis. Sehingga dengan demikian filsafat akan bisa menyusun sistem norma-norma dan nilai-nilai. Instrumentalisme adalah suatu usaha penyusunan suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpanan-penyimpanan dalam bentuka yang bermacam-macam, dengan cara : pertama menyelidiki bagaimana pikiran berfungsi dalam penentuan-penentuan yang berdasarkan pada pengalaman, yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Dalam hal ini maka yang benar adalah apa yang pada akhirnya disetujui oleh setiap orang yang menyelidikinya. Kebenaran sama sekali bukan hal yang sekali di tentukan tidak boleh di ganggu gugat, sebab dalam praktiknya kebenaran memiliki nilai fungsional yang tetap. Segala pernyataan yang kita anggap benar pada dasarnya dapat berubah.
Kadar kebenaran akan tampak dari pengujiannya oleh pengalamn-pengalamn di dalam praktik. Satu-satunya cara yang dapat di percaya untuk mengatur pengalaman dan untuk mengetahui arti yang sebenarnya adalah metode induktif. Metode ini bukan hanya berlaku bagi ilmu pengetahuan fisika, melainkan juga bagi persoalan sosial dan moral.
Selanjutnya ia berpendapat bahwa setiap orang yang hidup dalam dunia yang belum sesuai penciptaannya. Dari konsepnya ini maka dapat ditemukan tiga aspek instrumentalisme, yaitu : Temporalisme (ada gerak dan kemajuan riil rebetas dalam waktu), Futurisme (dorongan melihat masa depan) dan Meliorisme (dunia dapat dibuat lebih baik dengan tenaga manusia).
Atas dasar itu maka dapat dijelaskan bahwa suatu pemikiran dikatakan benar apabila pandangannya berkandaskan pada sikap kreatif, dinamis, pluralis, dan progresif,. Misal, bila dikatakan dengan perihal kehidupan beragama maka seseorang di dalam sikap hidupnya harus selali menunjukkan upaya untuk tetus menyempurnakn peribadatannya.
Sikap finatik buta adalah segalanya dipandang final, bersikap benar sendiri, mementingkan rutinitas dan universitas, sudah pasti tidak menjadi perangai dirinya. Sebalikkan sikap terbuka, setiap dikritisi dan mengkritisi, jujur, dan objektif menjadi potret dirinya. Umpamanya, jika hari ini belum bisa membaca al quran, maka besok berusaha untuk mampu membaca, dan demikian seterusnya. Letak kemanfaatan dari John Dewey adalah bahwa nilai kemanfaatan pada hakekat sudah tersirat di dalam setiap dan perilkunya yang dilandaskan pada filosofi yang dimadsud.
Cara-cara non-ilmiah (unscientific) membuat manusia tidak meruasa puas sehingga mereka menggunakan cara berpikir deduktif atau induktif. Kemudian orang mulai memadukan cara berpikir deduktif dan induktif, dimana perpaduan ini disebut dengan berpikir reflektif atau lewat eksperimentasi akan menjadi kebenaran jika telah di uji denagan adanya korespondensi fakta dengan ide yang telah di uji dalam praktik. Metode ini antara lain:
1. The Felt Need (adanya suatu kebutuhan)
Seseorang merasakan adanya suatu kebutuhan yang menggoda perasaanya sehingga dia berusaha mengungkapkan kebutuhan tersebut.

2. The Problem (menetapkan masalah)
Dari kebutuhan yang dirasakan pada tahap the felt need diatas, diteruskan dengan merumuskan, menempatkan dan membatasi permasalahan (kebutuhan). Penemuan terhadap kebutuhan dan masalah boleh dikatakan parameter yang sangat penting dan menentukan kualitas penelitian. Studi literatur, diskusi, dan pembimbingan dilakukan sebenarnya untuk men-define kebutuhan dan masalah yang akan diteliti.

3. The Hypothesis (menyusun hipotesis)
Jawaban atau pemecahan masalah sementara yang masih merupakan dugaan yang dihasilkan misalnya dari pengalaman, teori dan hukum yang ada.

4. Collection of Data as Avidance (merekam data untuk pembuktian)
Membuktikan hipotesis dengan eksperimen, pengujian dan merekam data di lapangan. Data-data dihubungkan satu dengan yang lain untuk ditemukan kaitannya. Proses ini disebut dengan analisis. Kegiatan analisis dilengkapi dengan kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis.

5. Concluding Belief (kesimpulan yang diyakini kebenarannya)
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada tahap ke-4, dibuatlah sebuah kesmpulan yang diyakini mengandung kebenaran, khususnya untuk kasus yang diuji.

6. General Value of the Conclusion (memformulasikan kesimpulan umum)
Kesimpulan yang dihasilkan tidak hanya berlaku untuk kasus tertentu, tetapi merupakan kesimpulan (bisa berupa teori, konsep dan metode) yang bisa berlaku secara umum, untuk kasus lain yang memiliki kemiripan-kemiripan tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Alim, Ruswanto skk. 2005. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Fogja akademik UIN
Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta : Rineka cipta
Hadiwijoyo, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta : Kanisius
Kattsoff, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Tiara wacana jogja
Muhadjir, Noeng. 2001. Filsafat Ilmu Positivisme, Post Positivisme dan PostModernisme. Yogyakarta : Rakesarasin